Sebuah kisah yang buka
sekedar dongeng semata, tapi sebuah kisah nyata yang Allah abadikan dalam al
Quran:
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ إِذْ
هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ
شُهُودٌ
“Binasa dan
terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan)
kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa
yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” (QS Al Buruuj: 4-6)
Dan inilah kisah
tersebut diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Ada seorang raja
yang berkuasa sebelum kalian. Dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang
sihirnya semakin tua dia berkata kepada raja: “Aku sudah tua, oleh karena itu
utuslah seorang anak muda supaya aku ajarkan sihir kepadanya”. Maka
dibawalah seorang anak muda untuk diajar ilmu sihir. Di tepi jalan yang biasa
dilalui oleh anak muda itu ada seorang rahib. Suatu ketika anak muda itu duduk
dan mendengarkan ajaran rahib tersebut. Maka setiap kali dia berangkat ke rumah
tukang sihir, dia akan singgah ke rumah rahib dan duduk sejenak di sana. (Satu
kali) kerana terlambat, ketika dia sampai di rumah tukang sihir, tukang sihir
itu memukulnya. Anak muda itu pun mengadukan keadaannya kepada rahib. Rahib
memberi pesan: “Jika kamu takut kepada tukang sihir, katakan kepadanya bahwa
keluargamu membuatmu terlambat. Dan jika kamu takut kepada keluargamu, katakan
kepada mereka bahwa tukang sihir itu membuat kamu terlambat.”
Begitulah keadaannya
sehingga satu ketika di mana anak muda itu mendapati orang-orang ketakutan
karena seekor binatang buas yang menghalangi jalan mereka. Anak muda itu
berkata: “Hari ini akan aku ketahui siapa yang sebenarnya lebih baik, tukang
sihir atau rahib itu.” Lalu anak muda itu mengambil batu dan berkata: “Ya
Allah, jika ajaran si-rahib lebih Engkau cintai daripada si-tukang sihir, maka
bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang pun dapat bebas kembali.” Kemudian
dia melemparkan batu yang digenggamnya. Binatang itu mati dan orang-orang pun
bebas seperti sedia kala.
Sesudah itu dia pun
menceritakan kejadian itu kepada rahib. Mendengarnya, rahib berkata: “Wahai
anakku, hari ini kamu lebih baik dariku. Kamu sudah sampai kepada keadaan
seperti yang aku lihat sekarang ini. Satu masa nanti kamu akan dizalimi. Jika
itu terjadi janganlah kamu bercerita tentang diriku.” Sejak itu anak muda
tersebut mulai mengobati orang sakit kusta, orang yang matanya nyaris buta, dan
pelbagai penyakit lain.
Salah seorang teman
duduk raja yang telah buta mendengar tentang hal ini dan dia datang kepada anak
muda tersebut sambil membawa banyak hadiah dan berkata: “Semua yang ada ini
akan aku berikan kepadamu jika kamu sembuhkan diriku.” Anak muda menjawab:
“Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Hanya Allah yang
menyembuhkan. Jika Anda beriman kepada Allah, aku akan memohon kepada Allah
supaya Dia menyembuhkan anda.”
Lalu teman raja itu
beriman kepada Allah dan Allah menyembuhkannya. Kemudian dia pergi menghadap
raja seperti biasa. Raja bertanya: “Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu?”
Dia menjawab: “Tuhan-ku.” Rajanya bertanya: “Kamu mempunyai tuhan selain
aku?” Temannya menjawab: “Tuhan aku dan Tuhan kamu adalah Allah.” Maka
raja mulai menyiksanya sehingga temannya itu menceritakan berkenaan anak muda
tersebut.
Lalu raja memanggil anak
muda tersebut dan bertanya kepadanya: “Wahai anakku, ilmu sihirmu sudah dapat
menyembuhkan penyakit kusta, buta dan sebagainya.” Anak muda menjawab: “Sungguh
aku tidak menyembuhkan siapa pun. Hanya Allah yang menyembuhkan.” Mendengar
jawaban tersebut anak muda itu terus disiksa sampai dia menceritakan tentang
keberadaan rahib (yang mengajarnya tempo hari). Lalu raja memanggil rahib dan
diperintahkan: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!” Rahib menolak perintah
tersebut. Maka raja memerintah supaya diambil gergaji lalu digergaji di pangkal
kepalanya sehingga putus. Kemudian raja memanggil penasihat dan diperintahkan
kepadanya: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!” Penasihat itu juga
enggan, lalu digergaji pangkal kepalanya sehingga putus.
Akhirnya dipanggil anak
muda dan diperintahkan kepadanya: “Kembalilah dari agamamu (kepada agama aku)!”
Anak muda itu turut enggan. Maka raja memerintahkan para pengawalnya: “Bawa
anak muda ini ke sebuah bukit, apabila sampai ke puncaknya tawarkan kepada dia
untuk kembali dari agamanya (kepada agama aku). Jika dia tetap enggan, maka
lemparkanlah ke bawah.” Maka para pengawal membawa anak muda ke bukit. Ketika
mendaki, anak muda itu berdoa: “Ya Allah! Dengan cara yang Engkau hendaki,
selamatkanlah aku daripada mereka.” Maka bergoyanglah bukit tersebut sehingga
para pengawal tersebut jatuh ke bawah. Anak muda berjalan kembali menemui raja.
Raja bertanya: “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawa kamu?” Anak
muda menjawab: “Allah menyelamatkan aku daripada mereka.”
Maka raja memerintahkan
para pengawalnya yang lain: “Bawa dia ke tengah lautan, tawarkan kepadanya
untuk kembali dari agamanya (kepada agama aku). Jika dia enggan maka
tenggelamkanlah dia.” Ketika di bawa ke lautan, anak muda berdoa: “Ya Allah!
Dengan cara yang Engkau hendaki selamatkanlah aku daripada mereka.” Maka kapal
yang membawa mereka pecah sehingga tenggelam para pengawal (kecuali anak muda).
Anak muda kembali menemui raja. Raja bertanya: “Apa yang dilakukan oleh
orang-orang yang membawa kamu?” Anak muda menjawab: “Allah menyelamatkan aku
daripada mereka.”
Kemudian anak muda
menambah: “Sungguh, kamu tidak akan dapat membunuh aku kecuali jika kamu
melakukan apa yang aku suruh.” Raja bertanya: “Apakah itu?” Anak muda menjawab:
“Kumpulkan semua orang di satu tanah lapang. Salib aku pada sebatang pokok dan
ambillah sebilah anak panah dari kantungku. Letakkan ia di tengah-tengah busur
dan katakan: “Dengan nama Allah, Rabb-nya anak muda ini” lalu kemudian panahlah
aku. Niscaya kamu akan dapat membunuhku.”
Maka raja mengumpulkan
semua rakyatnya di tanah lapang. Dia salib lah si anak muda pada sebatang
pohon, lalu dia ambil sebilah anak panahnya dan diletakkan pada tengah-tengah
busur. Kemudian raja berkata: “Dengan nama Allah, Rabb-nya anak muda ini!” lalu terus memanahnya. Anak
panah itu tepat mengenai muka anak muda itu. Dia meletakkan tangannya pada
mukanya, lalu meninggal dunia. Orang-orang yang hadir di situ serentak berkata:
“Kami beriman kepada Rabb-nya si anak muda. Kami beriman kepada Rabb-nya
si anak muda. Kami beriman kepada Rabb-nya si anak muda.”
Seorang penasihat
berbisik kepada raja: “Lihatlah, apa yang tuan khawatirkan– demi Allah – kini
benar-benar terjadi. Orang-orang telah beriman semuanya (kepada Allah, Rabb-nya
si anak muda)!” Setelah itu
raja memerintah agar dibuat parit di sekeliling tanah lapang itu. Setelah parit
digali, api dinyalakan. Raja berkata: “Siapa yang tidak mau kembali dari
agamanya (kepada agama aku), maka lemparkanlah dia ke dalam (parit yang
dinyalakan api)!” Atau dikatakan: “Terjunlah ke dalamnya!”
Maka mereka semua (yang
beriman kepada Allah) terjun ke dalam parit yang dinyalakan api tersebut.
Sampai-sampai ada seorang perempuan yang bersama anaknya dihinggapi rasa ragu
sama ada untuk memasukinya atau tidak. Lalu anaknya berkata: “Wahai ibu,
bersabarlah! Sesungguhnya ibu berada di atas kebenaran (lalu akhirnya mereka
terjun).” (HR Muslim)
Demikian kisah sang
pemuda ahli tauhid pemberani ini, semoga kita bisa memetik pelajaran berharga.
—
Penulis: Amrullah
Akadhinta, ST.
Artikel Muslim.Or.Id
0 Komentar